Rabu, 16 November 2016

Dari Sini Kami Mulai

*Dari Sini Kami Mulai*


Keterangan gambar: Logo MTs Yajri Abada NW 


Berlokasi dijalur kaki Rinjani, kami memulai perjalanan itu. Perjalanan yang sudah lama menjadi dream yang menghiasi relung pikir dan khayalan kami waktu kecil.

Seorang wanita mulia telah berpulang ke hadirat Allah 'azza wa jalla, meninggalkan seorang suami kebanggannya, dan 5 orang generasi penerusnya. Tidak, sebenarnya dia meninggalkan 6 orang, yang terakhir dari mereka telah lebih dahulu menemui Allah saat usianya tiga bulan. Keenam anak itu secara runtut 2 anak pertama cewek, dua anak kedua, cowok, dan dua anak terakhir cewek. Ente ga bingung kan.! :) Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara tersebut.

Sesuai namanya, dia -dimata kami- adalah wanita yang sangat hebat, tangguh, dan tenang. Beliau pernah bercerita tentang nama, katanya beliau sejak kecil dipanggil dengan nama "Qina", mungkin terambil dari petikan do'a Sapu Jagat yang masyhur, lalu setelah dia menikah dengan seorang lelaki yang tak pernah terbayang akan menjadi imamnya, nama itu berganti menjadi "Sakinah". Iya, Sakinah yang berarti tenang dan damai.

Warisan yang ditinggalkan hanyalah seorang suami dan anak-anaknya. tidak ada harta peninggalan apapun selain sebidang tanah warisan sang ayah, yang belum dibagi bersama saudaranya karena terkendala banyak hal. Kepergian Ibu kami terbilang sangat cepat dan tidak terduga. Beliau jalan ke mushalla yang terletak di samping rumah untuk menunaikan ibadah shalat Subuh. Setelah ke kamar mandi dan mengambil air wudhu' beliau langsung masuk mushalla dan mengenakan mukenahnya. Setelah Takbiratul Iharam, beliau langsung jatuh di atas sajadahnya seperti terserang penyakit tiba-tiba yang dialami juga oleh sebagian orang beberapa waklu lalu sebelum beliau.

Pagi itu kebetulan ada seorang putranya yang menelepon dan ingin ngomong sama ibu, HP itu diantar ke mushalla dan .... Suasana heningnya pagi itu mendadak pecah. Dia yang mengantar HP teriak kencang, tetangga dan kami seisi rumah berhamburan keluar untuk memastikan ada apa sepagi itu. Kami seperti tak percaya akan kejadian yang ada di depan mata, saya sendiri merasa seakan dalam mimpi, menonton sebuah film atau hanya berkhayal di awal pagi. Tapi, kejadian itu sungguh nyata.

Yang membuat kami heran dan sangat shock tentu saja karena ibu sangat segar dan sehat saat jalan ke mushalla, malam hari dan hari-hari sebelumnya beliau tidak mengalami kurang sehat apalagi sakit parah, lalu tiba-tiba ibu diboyong banyak orang menuju rumah.  Setelah dibaringkan di atas kasur kecil, ibu masih bisa berbicara, Ayah kami datang dan memegang tangan ibu. Saat itu kalimat terakhir yang ibu ucapkan adalah "Tolong maafkan segala kesalahanku", Ayah kami yang terlihat bisa tenang dan tidak panik segera menjawab "Sudah, sudah bu, ibu tidak punya dosa apa pun, sekarang ibu istirahat dulu".

Saya yang duduk berlutut di belakang ayah berdegup kencang, dua kalimat yang tadi saya dengar sepertinya bukan kalimat biasa, melainkan sebuah kalimat penutup antara seorang istri dan suami. Perasaan saya mulai melayang, membayangkan sesuatu yang belum pernah terjadi, dunia seperti mendadak sepi walau tetangga yang baru datang kian berhamburan ramai. Saya sendiri seperti sedang berada di sebuah konser yang sedang menyanyikan lagu terakhirnya. Setelah lagu terakhir, tentunya anda sudah tahu apa yang akan terjadi. BUBAR.!

Benar saja, setelah minta maaf dan dimaafkan itu. Ibu tertidur pulas setelah wajahnya diusap oleh air yang sudah dido'akan. Di antara kerumunan itu ada yang mulai menangis, ada juga yang terdiam menunduk. Semua orang hampir menduga, itu tidur yang tidak biasa. Nyenyak banget. dan perlahan jauh. Yang terlihat hanyalah tarikan nafas dan sebagian tubuh mendadak tak bisa bergerak. Hingga akhirnya tubuh lunglai itu dibawa ke Puskesmas, lalu dirujuk Rumah Sakit Umum Daerah.

Di RSUD itu, hampir semua orang yang datang, tak terkecuali sahabat-karib ibu berpesan kepada kami dengan nada lirih.
"Sabar dan tabahkan diri anak-anakku" ucap mereka.
Saya berpikir kalimat mereka tak elok, sepertinya mereka telah terlalu memastikan ada sesuatu yang telah terjadi, nyatanya ibu kami masih terbaring dengan nafas seperti tidurnya. Saya memilih menjauh dari keramaian.

Dua hari dua malam sudah berlalu, ibu masih terhanyut dalam nyenyaknya, sepertinya memang semakin jauh dan tak ada kata "I will back son" untuk kami. Tepat malam ketiga menjelang subuh, saya yang menunggu rumah bersama ayah mendapat kabar dari Rumah Sakit bahwa ibu sudah pergi untuk sementara. Iya, bukan selamanya, karena nanti akan ada hari kebangkitan yang berarti akan dihidupkan kembali.

Singkat cerita. Ibu telah meninggalkan alam dunia ini, dan memasuki alam selanjutnya untuk mencapai garis finish agenda Tuhan di akhirat kelak. Semoga Allah menyediakan Jannah sebagai tempat terindah di keabadian nanti.

Lalu inilah kami sekarang. Kami generasi yang tersisa ingin merajut kembali impian ibu, salah satunya dengan mempersembahkan sebuah lembaga pendidikan keislaman berupa madrasah di tanah warisan yang beliau dapatkan dari ayahnya (kakek kami),  dengan meniatkan semoga Amal dan kebaikan yang ada dipondok ini mengalir deras terus menerus selamnya sebagai payung adem bagi kehidupan Barzakhiyyah beliau, penghapus segala dosanya, dan menjadikan kuburnya, dan orang2 yang telah berjasa kepada beliau menjadi bagian dari taman surga. Aamiin.

Alhamdulillah kita terlahir sebagai muslim. Islam mengajarkan agar kita tidak larut terbawa masalah, tidak tenggelam terbawa gelombang dan arus kesedihan. Move on dan menatap masa depan adalah sikap yang wajib dilakoni oleh siapapun. Dengan adanya peristiwa tersebut menyadarkan kami, ternyata kehidupan dunia memang tidak kekal. Sepanjang apapun usia seseorang hatta dia berumur 5000 tahun sekalipun, ujung kehidupannya adalah pasti sebuah kematian.

Bukankah sudah sering kita dengar seperti yang saya bilang di atas, dunia ini ibarat tempat traveling atau merantau setelah masanya habis, berarti kita harus siap pulang baik dengan tangan berisi maupun dengan tangan kosong. Berbekal penuh kebaiakan maupun penuh dosa. Jika yang tertanam adalah pola pikir seperti itu, segala musibah tidak akan terlalu menjadi masalah paling besar. Sebesar apapun masalah kita, kita mesti ingat bahwa ada Allah Yang Maha Besar. Allah yang menciptakan masalah tersebut sekaligus menciptakan pula solusinya.

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang yang masih hidup, agar berusaha memperbaiki diri sesuai kemampuan dan melakukan kebajikan sebanyak-banyaknya demi masa depan (Akhirat) yang cerah. Akhirat yang cerah tentunya adalah surga, lawanannya adalah neraka yang menjadi taman bermain bagi siapapun dari manusia yang tak patuh sepenuhnya kepada Rabb-nya. Semoga kita termasuk salah satu dari orang yang beruntung masuk ke dalam surga bersama Rasulullah Saw, kedua orang tua, guru-guru dan orang-orang yang kita cintai.

pesantren yang akan besar itu sedang mekar, tek melangkah banyak tapi tak berhenti. Berikut ini adalah orang-orang luar biasa yang rela bergabung demi mengembangkan perjuangan dan cita-cita bersama untuk mewujudkan generasi bangsa yang islami, modernis dan cool abis.

Pemimpin pasukan ada di Nomor 3 dari samping kiri, beliau adalah ayah yang selalu menjadi kebanggan kami. Beliau pria 58 yang tak kenal lelah, tak pernah menyerah dengan tantangan hidup, dan satu lagi, tak ada kanya mengeluh. Beliau adalah orang tua sekaligus guru yang mengajarkan dan mengenalkan kami kalima "Firman Allah" dan "Sabda Rasulullah". He is the best father for us. Semoga beliau tetap sehar dan bugar, selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah untuk melanjutkan perjuangan. Sedangkan guru-guru yang lain, saya tak akan menyebut nama satu persatu di sini. Yang jelas, mereka mereka semua adalah orang-orang dengan semangat juang yang tinggi. Mereka rela digaji 7 hari seminggu dan 30 hari sebulan. namun, mereka tak banyak menuntut. Keadaan ini tidak akan selamanya, akan ada waktunya kita tertawa bersama menikmati kesyukuran sambil menysukuri kenikmata Allah bersama. Tenang dan jalan saja dulu untuk menuju masa bahagia itu, karena sekarang kita baru mulai.

 Semangat itu kian merekah saat melihat banyaknya senyum yang mengeluarkan sinyal kebahagiaan dari anak-anak lucu dan lugu. Anda tahu siapa? Iya betul. Mereka adalah 23 anak sebagai santri perdana di pondok ini. Berikut beberapa koleksi poto mereka.

Keterangan foto: Santri baru Yajri Abada setelah pendaftaran tahun ajaran baru. mereka menggunakan berugak elen yang ada di depan kelas sebagai markas untuk belajar tajwid dan ngaji al-Qur'an. Ada seorang anak yang sangan pede menunjukkan gayanya. hehe 

 Keterangan gambar: beberapa orang santriwati ketiduran di Berugak karena kena sihir nina bobok yang dihembuskan oleh pondok, ditambah ademnya udara sepoi-poi dari kebun sekitar. taach mereka jadi tertidur pulas tuh.! :)
 Keterangan gambar: Pelajaran Asma'ul Husna dimulai, kertas tajwidnya di taruh dulu... hehe
Keterangan Gambar: Enam orang siswi sedang mencoba eksis dengan senyum masing-masing yang beda tapi satu tujuan yang itu bahagia.


 Habis jegreg, tiduran dulu sebelum pulang...satunya gak kebagian tempat dipinggirm satunya lagu sedang asyik melihat ke bawah.


 Masih edisi narsis..


Sekarang waktunya menyanyi, Belajar tajwid Batu Ngompal.



 Foto di atas diambil oleh kameramen pondok. Anak-anak sedang asyik bermain tali di depan kelas mereka yang masih satu-satunya bangunan jadi termasuk lapangan yang masih menjelma kebun bambu dan enau. Mereka meyakini kalau bahagia itu tak harus menunggu sesuatu sempurna, karena kitalah yang membuat kebahagiaan itu. Sedangkan foto di bawah ini adalah potret santri yang sedang mengikuti gerak jalan dalam rangka menyemarakkan kegiatan 17 Agustus 2016. Lihat semangat mereka. Mereka sangat bahagia. hehehe


:) :) :)


Ustadz muda Mr. Zoelkifli sedang mengajar santri sambil bercanda ria agar pembelajaran tidak boring. Dia lebih baik borong kebahagiaan dari pada boring. hehehe


Keterang gambar: Nampak bangunan dari depan. Satu kelas dan sisi kananya berdiri beberapa tiang beton yang siap menunggu sentuhan selanjutnya menjadi sebuah ruangan. Di atas berugak, terlihat calon kepala sekolah (Ustadz Habiburrahman, Q.H. sedang membawa tongkat yang digunakan untuk menghukum jin-jin nakal yang akan mengganggu keharmonisan dan kebahagiaan santri. Juga terlihat dua orang Ustadzah yang membelakangi kamera. Berugak Elen tersebut adalah tempat duduk para guru karena belum ruang guru yang permanen. Tidak apa-apa, ini baru awal. Nikmati apa yang Ada, nanti Allah akan menambahnya dengan nikmat-nikmat yang lain. Aamiin.

 Guru kami sedang dduduk bersama santri. Wanita yang mengenakan jaket dan hanya dagunya yang terlihat adalah kakak sulung kami. Di sini kami panggil saja beliau Ustdzah Misriahul faridah, Q.H. S.Pd.I.

 Lihat lagi semua sisi gambarnya, Kayaknya ada sesuatu yang aneh di gambar ini. hehe Kalau gambar yang dibawah menunjukkan santri sedang belajar terbang di udara, karena salah satu cita-cita mereka adalah menjadi pilot. Sebagai pilot harus ada pesawat, yang ini pesawatnya belum ada jadi terbang diudaranya pakai sepatu aja dulu. hehe

Berdirinya pondok ini atas izin Allah Swt, membuat beberapa orang dari kami berdecak kagum sambil tersenyum. Ternyata kita terkadang hanya membutuhkan niat untuk mengawali walaupun tanpa ada bahan dan kenyataan hidup yang mendukung, sedangkan prosesnya kita serahkan kepada Allah. Pondok ini salah satu dari hasil niat tersebut. Semoga Allah memampukan kita terus bergantung dan berharap hanya kepada-Nya. Semoga Pondok ini diberikan oleh Allah kemakmuran berupa: ilmu yang barokah, bangunan yang super megah (tambah luas-lebar-tinggi), diramaikan santrinya, dan dipancarkan mata air dan kebaikan yang terus mengalir sepanjang masa sesuai namanya, berkat keagungan Rasulullah, al-Qur'an dan para malaikat Allah. Aamiin Ta Rabbal 'Alamin...
Salam bahagia dari kami.